KAB. BANDUNG | MPNews – Bupati Bandung, Dadang Supriatna atau yang akrab disapa Kang DS, kembali menegaskan urgensi pembangunan infrastruktur transportasi di Kabupaten Bandung. Hal ini ia sampaikan saat hadir lima hari lalu di Hotel Grand Opening Podcast APKASI bertajuk “Suara Lokal Mengglobal” yang dipandu Helmy Yahya di Jakarta Pusat. Acara tersebut turut dihadiri Ketua Umum APKASI Bursah Zarnubi, Sekjen APKASI Joune Ganda, dan Wakil Ketua Umum APKASI H. Sudewo.
Sebagai Ketua Harian Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Kang DS menyoroti persoalan klasik yang dihadapi masyarakat Bandung Selatan, yakni kemacetan kronis di jalur wisata.
“Kabupaten Bandung menerima 7 juta wisatawan per tahun. Angka itu memang kebanggaan, tetapi juga menjadi beban. Kemacetan menjadi rutinitas, khususnya di daerah wisata Ciwidey–Pangalengan dan Pasirjambu setiap akhir pekan dan musim liburan. Karena itu, kami butuh akses baru, seperti jalan tol Soreang–Ciwidey–Pangalengan, dan transportasi modern berupa kereta gantung,” tegas Kang DS.
Kereta gantung yang tengah dipromosikan pada investor, lanjutnya, bukan sekadar proyek simbolik. Ia menilai transportasi ini bisa menjadi solusi ekologis dan efektif untuk mengurai macet sekaligus mendukung sektor pariwisata yang tumbuh 300 persen dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, di balik optimisme itu, muncul kritik humanis: apakah proyek transportasi modern benar-benar diprioritaskan untuk rakyat kecil atau sekadar menjadi komoditas investasi? Pertanyaan ini mencuat lantaran masyarakat masih menanti solusi nyata yang benar-benar bisa mereka rasakan.
Dalam forum podcast tersebut, diskusi juga menyinggung sinergi antar kabupaten melalui APKASI untuk memajukan potensi daerah, mendorong ekspor komoditas unggulan, mengakselerasi industrialisasi, serta menggenjot PAD sesuai target pertumbuhan ekonomi nasional 8 persen.
Meski sudah menyiapkan dokumen Pra-FS (Feasibility Study) dan mempromosikannya di West Java Investment Summit 2024, Kang DS menyadari bahwa realisasi proyek kereta gantung akan berhadapan dengan berbagai tantangan: mulai dari perizinan, pembiayaan, hingga resistensi masyarakat terhadap proyek yang dianggap elitis.
“Yang kami butuhkan bukan hanya investor, tapi juga komitmen moral. Transportasi modern seperti kereta gantung harus menjawab kebutuhan masyarakat, bukan sekadar menjadi ikon pariwisata,” pungkasnya.
Sementara itu, publik menanti apakah proyek kereta gantung Ciwidey–Pangalengan benar-benar akan menjadi solusi kemacetan sekaligus penghubung dua kecamatan wisata andalan Bandung Selatan, atau hanya berakhir menjadi mimpi indah di atas kertas.*
(Wanhendy)