KAB. BANDUNG | MPNews – Di tengah gejolak ekonomi global yang memicu lonjakan harga pangan, Desa Warnasari di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, muncul sebagai teladan dalam menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan warganya.
Program bantuan pangan beras yang digulirkan Pemerintah Kabupaten Bandung telah menjadi penyelamat bagi 1.050 kepala keluarga (KK) di desa ini, sebuah kisah sukses yang layak diulas lebih dalam.
Wawancara eksklusif kami dengan Kepala Desa Warnasari, Ki Aa Sugiharto, S.IP., mengungkapkan detail perjuangan dan strategi dibalik keberhasilan program ini, Selasa (5/7).
Ki Aa memulai kisahnya dengan gambaran situasi sebelum program bantuan diluncurkan. “Bayangkan, sebelum program ini, banyak warga yang harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Harga beras yang melambung tinggi membuat banyak keluarga terpaksa mengurangi porsi makan, bahkan ada yang sampai harus memilih antara makan atau memenuhi kebutuhan lainnya,” ujarnya dengan nada getir. Situasi ini, lanjut beliau, mengancam stabilitas sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Program bantuan beras ini, yang berlangsung selama dua bulan (Juni-Juli 2025), mendistribusikan total 2.100 kilogram beras, dengan setiap KK menerima 20 kilogram. Namun, program ini bukan sekadar pembagian beras semata. Bapak Ki Aa menekankan pentingnya perencanaan dan koordinasi yang matang. “Keberhasilan ini tak lepas dari kerja sama yang solid antara berbagai pihak,” jelasnya.
Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) Desa, perangkat desa, Kesra Panitia Pelaksana, dan bahkan Babinsa setempat, Serka Mahdar, berperan aktif dalam memastikan penyaluran bantuan berjalan lancar, tepat sasaran, dan transparan. Serka Mahdar sendiri turut mengawasi proses distribusi untuk menjamin akuntabilitas dan mencegah penyimpangan.
Dampak program ini sangat signifikan. Kami berkesempatan mewawancarai beberapa warga penerima manfaat. Ibu Ani, salah satu penerima bantuan, mengungkapkan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, bantuan ini sangat meringankan beban keluarga kami. Anak-anak sekarang bisa makan dengan cukup dan bergizi,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Kisah Ibu Ani merepresentasikan perasaan ribuan warga Desa Warnasari lainnya yang merasakan dampak positif program ini. Mereka tak hanya terbebas dari ancaman kelaparan, tetapi juga merasakan peningkatan rasa aman dan optimisme untuk masa depan.
Lebih jauh, Bapak Ki Aa Sugiharto menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Pemerintah Kabupaten Bandung untuk membangun ketahanan pangan di wilayahnya.
“Ketahanan pangan adalah fondasi kesejahteraan masyarakat. Dengan memastikan ketersediaan pangan pokok yang cukup, kita melindungi warga dari dampak inflasi dan ketidakpastian ekonomi,” tegasnya. Program ini, menurut beliau, bukan hanya solusi sementara, tetapi juga sebuah investasi untuk masa depan yang lebih baik bagi Desa Warnasari.
Kesimpulannya, kisah Desa Warnasari memberikan inspirasi dan pelajaran berharga bagi daerah lain di Indonesia. Keberhasilan program bantuan beras ini membuktikan bahwa dengan perencanaan yang matang, koordinasi yang solid, dan komitmen yang kuat dari semua pihak, ancaman kelaparan dapat diatasi dan ketahanan pangan dapat terwujud. Semoga kisah sukses ini dapat menjadi contoh dan mendorong terwujudnya kesejahteraan di seluruh pelosok negeri.*
(Wanhendy)