KAB. BANDUNG | MPNews – Kabut pagi masih setia menyelimuti lereng Pangalengan. Di tengah dinginnya udara, aroma kebaikan menguar dari sebuah dapur sederhana di Desa Sukamanah. Telur dadar, pepes ikan, tumis kangkung, dan uap sup sayur yang mengepul menjadi saksi bisu kerja keras para relawan dan penggerak desa yang tengah menyalakan harapan baru: Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
MBG: Dari Inisiatif Lokal Jadi Gerakan Nyata
Program MBG, sebuah inisiatif mulia yang diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten Bandung di bawah kepemimpinan visioner Bupati Dr. H.M. Dadang Supriatna, S.Ip., M.Si., kini telah bertransformasi menjadi sebuah gerakan sosial yang berdampak nyata. Diperkuat oleh Yayasan Anugrah Pangan Lestari melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), MBG menjadi simbol komitmen untuk masa depan anak-anak Pangalengan.
“MBG bukan sekadar memberikan makan gratis, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk memastikan masa depan anak-anak Kabupaten Bandung yang lebih cerah!” tegas Bupati Dadang dalam sebuah kesempatan.
Hingga September 2025, tercatat 9 dapur MBG telah beroperasi aktif di seluruh wilayah Pangalengan. Sembilan dapur ini melayani kebutuhan gizi hingga 27 ribu jiwa, mulai dari balita, ibu hamil, hingga siswa dari tingkat SD hingga SMA.
Spotlight Tokoh Lokal: Atep Suherman dan Semangat “Kyusi”
Di balik kesuksesan program MBG di Pangalengan, terdapat sosok-sosok inspiratif yang menjadi tulang punggung gerakan ini. Salah satunya adalah Atep Suherman, seorang Mitra Desa Sukamanah yang dengan sepenuh hati bergabung dalam SPPG Yayasan Anugrah Pangan Lestari.
Melalui rekannya, Usep Suarsa, Atep Suherman menekankan pentingnya penerapan prinsip “Kyusi” atau Quality Control (QC) yang ketat di setiap dapur MBG.
“Kyusi adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap layanan yang diberikan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Mulai dari pemeriksaan kualitas bahan baku, variasi menu MBG yang bergizi, proses produksi yang higienis, hingga pengantaran makanan ke sekolah-sekolah, semua harus terjaga dengan baik. Karena ini menyangkut kesehatan dan masa depan generasi penerus,” tutur Usep Suarsa mewakili Atep Suherman di hadapan awak media.
Bagi Atep Suherman, MBG bukan hanya sekadar tentang memberikan makanan. Lebih dari itu, ini adalah tentang membangun kebersamaan dan kepedulian. Ia percaya bahwa dapur desa dapat menjadi titik awal untuk perubahan besar yang lebih baik.
Data dan Fakta yang Menginspirasi:
– 34.101 siswa di Pangalengan (Data Kemendikdasmen).
– Kenaikan berat badan balita sebesar 20% dalam waktu sepekan ini (Data Posyandu Margamekar). Contoh konkret: Di Posyandu Margamekar, balita bernama Aisyah yang sebelumnya mengalami stunting menunjukkan peningkatan berat badan signifikan setelah rutin mengonsumsi makanan bergizi dari program MBG.
– Penurunan angka anemia pada ibu hamil sebesar 15% (Data Puskesmas Pangalengan). Contoh konkret: Ibu Siti, seorang ibu hamil di Desa Warnasari, mengaku kondisinya jauh lebih baik dan tidak lagi mudah lelah setelah mendapatkan asupan gizi yang cukup dari program MBG.
– Laporan peningkatan fokus belajar dan penurunan izin sakit pada anak-anak. Contoh konkret: Kepala Sekolah SDN Cibolang melaporkan bahwa siswa-siswinya lebih bersemangat belajar dan jarang absen karena sakit sejak program MBG diterapkan.
– Terciptanya pasar tetap bagi petani lokal dan peningkatan pendapatan bagi pedagang kecil. Contoh konkret: Petani sayur di Desa Sukaluyu kini memiliki kepastian pasar karena hasil panennya dibeli langsung oleh dapur MBG.
– Tumbuhnya budaya makan sehat di kalangan masyarakat.
Transparansi, Akuntabilitas, & Sinergi yang Solid
Program MBG di Pangalengan diawasi secara ketat oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Pangalengan, Warnasari, dan Sukamanah. Selain itu, program ini juga melibatkan partisipasi aktif dari wartawan lokal untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas. Sinergi yang kuat juga terjalin dengan dukungan penuh dari Forkopimcam, DPRD, TNI-Polri, perangkat desa, serta selaras dengan program nasional Presiden RI H. Prabowo Subianto yang menempatkan gizi anak bangsa sebagai prioritas utama.
Harapan Masa Depan yang Lebih Baik
“Keberlanjutan adalah kunci utama. Kita ingin generasi penerus tumbuh sehat, cerdas, dan siap bersaing di era global,” ujar Prof. Dadan Hindayana, Kepala BGN, dengan penuh optimisme.
Dan di balik itu, sosok sederhana seperti Atep Suherman—melalui suara Usep Suarsa—menjadi saksi sekaligus penggerak perubahan. Dari dapur Sukamanah, ia menunjukkan kepada kita semua bahwa kualitas, gizi, dan harapan dapat berjalan beriringan, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Pangalengan.
Penutup
Kisah sukses Pangalengan ini memberikan teladan inspiratif bahwa perubahan besar dapat lahir dari dapur desa. Program MBG bersama Yayasan Anugrah Pangan Lestari bukan hanya tentang memberikan nasi hangat dan sup sayur, tetapi tentang investasi berharga untuk masa depan anak-anak Indonesia.
Dan dari tangan tulus para relawan, dengan kontrol kualitas yang ketat, lahir senyum sehat generasi penerus bangsa.*
Sumber: Forkopimcam, Anggota Dewan, SPPG, SPPI Mitra Desa MBG
Penulis: Wanhendy